Thursday, 27 February 2014

Dromus Oil BAB I 28 Februari 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan teknologi bahan dan rekayasa mikroteknologi telah mendorong perubahan yang sangat besar terhadap pengunaan material khususnya baja. Dalam dunia Industri dibutuhkan baja dengan sifat dan karakteristik yang sesuai terhadap kondisi pada saat diaplikasikan. Salah satu aplikasi baja karbon menengah St. 60 adalah penggunaannya sebagai bahan pembuatan roda gigi, poros, gandar serta bagian-bagian konstruksi pemesinan dan komponen otomotif lainnya. Permasalahan yang terjadi pada baja dalam aplikasinya terhadap konstruksi pemesinan dan komponen otomotif adalah keterbatasan pada pemakaian bagian-bagian yang mendapatkan beban yang tidak terlalu berat dan tidak menerima gesekan yang terlalu tinggi karena kurang keras.
Untuk mendapatkan sifat baja yang baik, maka dilakukan proses pengerasan (hardening) pada baja. Hardening itu sendiri merupakan salah satu proses perlakuan panas yang sangat penting dalam produksi komponen-komponen mesin. Untuk mencapai struktur baja yang kehalusan, keuletan, dan kekerasannya sesuai dengan yang diinginkan, dapat diperoleh melalui proses ini. Suherman (1988:33) mengartikan hardening atau pengerasan sebagai salah satu laku panas dengan kondisi non-equilibrium, laku panas yang pendinginannya berlangsung pada kondisi non-equilibrium, pendinginan yang sangat cepat, sehingga struktur mikro yang akan diperoleh adalah struktur mikro yang non-equilibrium juga.
Dalam beberapa hal, terutama jika diperlukan sifat tahan aus dari suatu bagian, maka sifat kekerasan sangat menentukan. Untuk memperbaiki sifat material kekerasan dan kekuatan tariknya maka baja St. 60 perlu mendapatkan perlakuan panas dengan jalan mengubah struktur melalui pemanasan dan kecepatan laju pendinginan (quenching) kemudian dipanaskan lagi (tempering). Tempering bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanis akibat hardening dengan laju pendinginan cepat. Setelah proses hardening tempering dikerjakan dengan benar maka dilakukan uji kelulusan terhadap spesimen.
Pengujian tarik digunakan untuk menilai kemampuan spesimen hasil proses hardening tempering dalam menerima beban tarik sampai patah. Kekuatan tarik merupakan sifat mekanis yang paling penting  dari logam terutama  untuk perhitungan konstruksi. Pengujian tarik paling sering dilakukan karena merupakan dasar pengujian-pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Sifat mekanis dan tingkat kekerasan material yang terjadi akibat proses hardening tempering dalam penggunaannya akan mengalami perubahan struktur mikro.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elfendri (2009:22) disimpulkan bahwa laju pendinginan yang semakin cepat akan menambahkan jumlah karbida komplek dalam material baja karena ikatan karbida tidak mempunyai waktu yang cukup untuk putus atau karbida terperangkap dalam ikatan komplek yang terbentuk saat pemanasan pada temperatur eutektoid. Hal ini menyebabkan tingkat kekerasan pada baja atau material akan bertambah. Sehingga semakin lambat proses pendinginan maka akan meningkatkan presentase perlit di dalam bahan dikarenakan saat proses pendinginan berlangsung ikatan karbida komplek banyak yang putus dan berubah menjadi unsur tunggal atau bereaksi membentuk perlit.
Proses pengerasan yang dimaksudkan tentu tidaklah mudah, untuk mencapai hasil kekerasan yang optimal dan tidak mengalami cacat maka perlu melakukan tindakan yang tepat. Penelitian terhadap baja St. 60 ini merupakan upaya menerapkan ilmu dasar perlakuan panas sebagai landasan memperbaiki sifat material menggunakan media pendingin emulsi (air dan dromus oil) serta mempelajari efek lain dari penggunaan media emulsi (air dan dromus oil).
Dengan mempertimbangkan sifat kelarutan dromus oil yang mempunyai kelarutan tingkat tinggi terhadap air sehingga dapat diemulsikan dengan rasio air : dromus oil adalah 20:1 sampai 40:1 memungkinkan dimanfaatkan sebagai pendinginan pada pengerasan baja.



Penelitian yang dilakukan oleh Karmin (2012:6) menggunakan medium quenching emulsi minyak dromus dengan air mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap sifat mekanik baja amutit, semakin banyak menambahkan volume air kedalam minyak dromus cenderung meningkatkan kekerasan dan kekuatan.
Mengkaji dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa laju pendinginan berperan penting pada proses pembentukan ikatan komplek. Media pendingin dromus oil ditambahkan dalam media pendingin air yang kemudian akan meningkatkan laju pendinginan sehingga diharapkan material yang diperlakukan dengan media pendingin ini nilai kekerasan dan tingkat kekuatan tariknya akan meningkat. Kondisi logam atau material yang memiliki sifat kekerasan akibat media pendingin akan mengakibatkan keuletan dan ketangguhan logam menurun. Dengan kata lain nilai kekerasan dan kekuatan tarik pada logam yang sudah mengalami perlakuan panas dengan media pendingin berbanding terbalik dengan keuletan serta ketangguhan logam tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kadar dromus oil antara 10%, 20%, dan 30%. Hal ini dikarenakan tingkat kekuatan tarik dan struktur mikro memungkinan dapat berubah menjadi lebih tinggi pada skala-skala tersebut. Berdasarkan pemaparan uraian tersebut menjadi landasan bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kadar Dromus Oil  Dalam Media Pendingin Terhadap Kekuatan Tarik Dan Struktur Mikro Baja St. 60 Yang Mengalami Proses Hardening Tempering”. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam produksi baja.







1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dituliskan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Apakah ada pengaruh variasi kadar dromus oil dalam media pendingin terhadap kekuatan tarik pada proses hardening tempering baja St. 60?
2.      Apakah ada pengaruh variasi kadar dromus oil dalam media pendingin terhadap struktur mikro pada proses hardening tempering baja St. 60?

1.3  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengaruh variasi kadar dromus oil 10%, 20%, dan 30% dalam media pendingin terhadap kekuatan tarik pada proses hardening tempering baja St. 60.
2.      Mengetahui pengaruh variasi kadar dromus oil 10%, 20%, dan 30% dalam media pendingin terhadap struktur mikro pada proses hardening tempering baja St. 60.

1.4  Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh variasi kadar dromus oil dalam media pendingin terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro pada proses hardening tempering baja St. 60.
1.5  Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang perlakuan panas pada baja dan sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk penelitian-penelitian sejenis demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      Bagi industri pengerjaan logam, penelitian ini merupakan masukan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam produksi, artinya dapat diketahui jenis perlakuan panas yang sesuai dengan benda kerja, serta jenis media pendingin dan laju pendinginan yang akan diterapkan.
1.6  Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Baja St. 60 yang di panaskan pada temperatur 900 oC selama 40 menit dan didinginkan secara cepat dengan variasi kadar dromus oil 10%, 20%, dan 30% kemudian dipanaskan kembali pada temperatur 200 oC selama satu jam dan didinginkan secara perlahan dalam dapur maka baja ini akan mengalami perubahan struktur mikro. Dengan demikian sifat mekanis dari baja St. 60 juga akan berubah yakni tingkat kekerasan dan kekuatan tariknya akan bertambah namun keuletannya berkurang.

1.7  Definisi Operasional dan Ruang Lingkup
1.7.1   Definisi Operasional
1.    Hardening menurut Lawrance (1973:200), merupakan proses perlakuan panas pada baja yakni baja dipanaskan hingga diatas titik kritis, ditahan pada suhu tersebut kemudian setelah penahanan suhu didinginkan secara cepat dengan media air, minyak, dan larutan garam.
2.    Tempering adalah proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk mendapatkan sifat baja yang keuletannya lebih baik, tetapi kekerasan dan kekuatan tariknya lebih rendah.
3.    Dromus oil adalah minyak mineral hasil penyulingan dan adiptif yang komposisinya terdiri dari sodium sulphonate, polyolefin ether, alkyl amide, dan long chain alkenyl amide borate.
4.    Kekuatan tarik adalah kemampuan bahan menerima tegangan sebelum mengalami patah pada saat diberi beban tarik.
5.    Struktur Mikro adalah struktur yang terdapat pada suatu material yang dapat digunakan untuk menganalisa sifat mekanis material tersebut.



1.7.2   Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Pada penelitian ini ruang lingkup dan batasan masalah terangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.3 Rangkuman Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
No.
Konsep
Variabel
Sub Variabel
Indikator
1.
Media Pendingin
Jenis Media Pendingin
-       Dromus Oil 1

-      Dromus Oil 2

-      Dromus Oil 3
-     Air dengan tambahan dromus oil 10%
-    Air dengan tambahan dromus oil 20%
-      Air dengan tambahan dromus oil 30%
2
Pengujian Bahan
Uji Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro
Tingkat Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro
Tingkat Kekuatan Tarik Maksimum dan Struktur Mikro
3
Perlakuan Panas
Jenis Perlakuan Panas
Hardening
Tempering
Suhu 900 oC
Suhu 200 oC
4
Logam Uji
Baja Karbon Menengah
Baja St. 60
Spesimen dalam bentuk silinder standar ASTM A370 dengan ukuran panjang 250 mm dan diameter 12,5 mm


No comments:

Post a Comment